Kelompok Ketiga (Part 1)
Siapa sih yang gak kepengen doa yang dipanjatkan tiap hari, tiap sholat, tiap sepertiga malam kalian dikabulkan? apalagi itu doa yang bener bener "urgent" dan suatu hal yang besar. Misalnya mau melanjutkan pendidikan dimana, memilih jodoh, dan sebagainya. Impian dan cita cita itu fitrah semua manusia, gak ada yg salah kok dengan bermimpi dan bercita cita (selama dalam hal baik ya wkwk). Mau setinggi apapun mimpi kalian, gak ada yang ngelarang. Gak ada yang peduli sih lebih tepatnya, kecuali diri kalian sendiri dan orang orang terdekat kalian. Setiap manusia punya mimpi mereka masing masing dan concern pada tujuan mereka sendiri. Jadi sebenernya gak perlu takut bermimpi tinggi dan jatuh, karena jatuh bangun kita hanya kita yang merasakan. Orang hanya akan melihat apa yang bisa dilihat. Terakhir soal mimpi dan yang paling penting, bermimpi itu gratis gengs :D
Nah udah bermimpi, waktunya adalah action. Sebuah pelajaran yang saya dapat di pelatihan kalau niat sama dengan hasil. Niat disini tidak lain adalah niat mewujudkan mimpi, ya nggak gengs?
Seberapa niat kalian dalam menggapai mimpi itu diukur dari hasilnya. Iya, hasilnya, berhasil apa enggak, atau besar apa enggak nilainya, dan berbagai paramater 'keberhasilan' lainnya. Ok, teori ini bisa diterima. (Catatan : bagi kalian temen pelatihan saya waktu itu atau siapapun yang udah pernah tau teori ini, baca sampai akhir cerita yang bakal jadi berpart-part ini ya wkwk)
Di akhir sesi pelajaran ini, saya mendatangi mentornya dan menanyakan suatu hal. "Bagaimana bisa kita menganggap semua keberhasilan atau kegagalan itu murni dari usaha (niat) kita. Dimana letak elemen doa, kak?". Maksud saya, elemen campur tangan Tuhan disini. Dengan santainya, kakak mentor itu menjawab. "Doa ya termasuk niat. Seberapa kuat kamu berdoa. Kalau kamu berdoanya lebih rajin, berarti semakin kuat niat kamu dan keberhasilan akan kamu dapatkan". Kata-katanya gak persis gini sih, tapi intinya begitu. Antara paham dan tidak paham. Apa yang dikatakan kakaknya memang benar, tapi tidak bisa sepenuhnya diterima. Saya mengiyakan jawaban kakaknya dan pamit untuk keluar ruangan, sambil terus merenungi apa yang menjadi pelajaran saya hari ini.
"Teori itu, yang bikin, pasti gak pernah ngalamin usaha mati matian, doa dan ibadah jungkir balik tapi gak berhasil. Pasti gak pernah juga ngalamin diem-diem dapet rejeki nomplok. Yang dia tau pasti dimana dia usaha keras ya berhasil. Malas malasan ya gagal. Logika orang normal". Sejujurnya, sampai kegiatan pelatihan ini selesai, saya belum sepenuhnya mendapat jawaban atas apa yang saya pikirkan terkait doa, tarkait peran Yang Maha Berkuasa atas setiap hamba-Nya, dengan usaha, niat, dan hasil. Belum, pikiran masih melayang-layang. Saya baru benar benar mendapatkan jawabannya ya setelah melanjutkan kembali kehidupan, berbulan-bulan lamanya setelah pelatihan tersebut.
Mungkin otak saya yang terlalu sulit mencerna atau apa. Bagi saya, ini salah satu materi paling membekas dan membuat diri ini ingin menyalahkan teori yang sok jadi problem solver. Kenapa? Kalau kalian tahu bagaimana Allah menjawab doa hamba-Nya, terbagi menjadi 3 cara. Pertama, dikabulkan langsung. Impian semua orang. Pengen ini dapet, itu dapet dengan mudahnya. Kedua, dikabulkan tapi nanti. Allah memberikannya di waktu yang tepat. Bisa jadi sebulan lagi, setahun lagi, yang jelas waktu itu adalah waktu terbaik bagi Allah untuk memberikannya pada kita. Ketiga, diganti dengan yang lebih baik.
Manusia itu sok tahu, masa depan seolah olah mereka yang menentukan, dan terkadang membuat mereka lupa bahwa sudah ada yang mengatur kehidupan. Jawaban doa yang ketiga ini mungkin adalah cara bagi Allah untuk memberi peringatan pada mereka yang sok tahu, seperti saya, manusia kelompok ketiga. Manusia yang saat berdoa paling sering mendapatkan antara jawaban doa kedua atau ketiga, tapi sepertinya lebih sering ketiga. Allah menggantinya dengan yang lebih baik. Semoga :)
... to be continued.
Aku pribadi pernah merasakan ketiganya gik wkwk...
ReplyDeleteJadi klmpk pertama pernah, rasanya dg usaha secuil udah bisa dikabulkan... dan itu cukup berkali-kali juga. Hingga malah waktu itu rasanya hidupku kurang struggle dan tantangan.
Kemudian setelah itu Allah jadikan aku kelompok kedua. Tapi aku masih mrasa orang lain kayaknya punya crita menarik. Coba lihat betapa dia susah payah dalam berjualan batagor hujan hujan. Gimana klo gak laku? Trs aku lihat orang lain yg sampai shalat tahajud gak putus-putus berdoa dan minta ke Allah agar doanya dikabulkan sedangkan aku yg dulu hmm tidak shalat tahajud masih dikabulkan dg lebih cepat daripada orang itu. Kemudian aku mrasa hidupku flat ya Allah... gak ada cerita yg bisa menginspirasi orang lain utk berusaha dan membuktikan kebesaranMu.
Akhirnya aku jadi kelompok ketiga. Ketika berada di kelompok ketiga, aku mulai merasa lagi kok aku di klmpk ketiga ya... susah bgt Ya Allah buat bisa jadi klmpk 1 (dan maybe saat ini aku sedang mrasakannya hahaha)
Kamu tau apa yg kupikirkan skrg gik? Aku hanya kurang bersyukur. Sebenarnya klmpk 1, 2, 3 itu pada dasarnya sama klo dilihat dari pandangan Allah. Sama-sama pasti nanti dikasih, iya kan? Tapi kadang manusia seperti anak kecil, inginnya itu dan harus saat itu juga.
Semangaat gik, egik boleh berpendapat lain. Tapi skrg aku sedang berusaha belajar utk mensyukuri pemberian Allah apapun itu, because I think be grateful is so hard for me.
Mantap riz 😍 bener kok, aku ya menyadari itu wkwkwk. Cuma ini emang belum selesai kan ceritanya. Ini pemikiranku yg dulu. Nanti di part part selanjutnya bahas aku yg udah tobat :v
Delete