Xa Wang Xie Na Wang
"urip iku sejatine sawang sinawang" that's 1000000000000000000x true
Mungkin, sebagian besar manusia di dunia ini (aku gak punya datanya sih, cuma kira kira dari 'sampel' kisah yg pernah kubaca dan ku dengar), yaa di dunia ini, merasa insecure, mengeluh dan "hadehhhh" dengan kehidupan yang dia miliki karena melihat hal hal yg diinginkannya ada pada orang lain. Seperti passion, beauty, wealthness, family, love, dan sebagainya.
Pada dasarnya, orang akan merasa insecure dengan apa yg dimiliki orang lain karena merasa kehidupannya 'kurang'. Menyawang nyawang, mereka yang sesungguhnya juga sedang 'menyawang' yang lainnya lagi. Hidup adalah sawang sinawang.
Aku, sekarang telah dianugerahkan oleh Allah, keluarga, pekerjaan, kehidupan yg mungkin merupakan impian banyak orang. Almost perfect. Meskipun bukan yang kaya banget, tapi sangat sangat sangat harus disyukuri. Seluruh keluargaku "good looking", semuanya! Bahkan mungkin jika ada rating look yg paling buruk mungkin aku, haha. Itu pertama. Kedua, koneksi dan pekerjaan. Kedua orang tuaku Alhamdulillah selalu dianugerahi keberuntungan, koneksi orang besar dan kemudahan (ya ada susahnya pasti) jalan yg menghantarkan mereka jadi pengusaha yg kata orang "sukses" (pada parameter tertentu).
Ketiga, dekat dengan Allah. Ya, ini salah satu hal yg sangat ku syukuri berada di keluarga ini. Kami dididik dengan agama, mengenal Allah. It's totally perfections no doubt. Tapi why I wrote these first paragraph sounds like something contradictional?
Ya itulah yang kumaksud dengan sawang sinawang. Saat orang melihatku dan keluargaku hampir "perfect" tadi, ada sisi kelam yang orang tidak ketahui. Hampir tiap hari aku kena bully terkait fisikku. Meskipun aku tau kalau itu sebenernya guyonan, tapi lama kelamaan cukup menekan dan menyiksa tanpa disadari. Padahal aku ingin cantik, ingin mengerjakan sesuatu karna keinginanku sendiri, bukan orang lain. Hal lainnya yg cukup membuat kesal adalah saat orang lain bisa bebas netflix an atau main game, aku harus diem diem ngelakuin ini hanya untuk hiburan itu.
Kurang lebih, kondisi dan cara mendidik di keluargaku ini ya seperti keluarga ningrat yang sudah dimodernisasi. (ya meskipun kami bukan ningrat sama sekali, ya pernah sengsara juga).
Anyway, I still love my parents so much. Yang ku tau, itu yg terbaik yg mereka bisa dalam mendidik kami, nothing is perfect.
Syukuri apa yang kamu dapat dan apa yang tidak kamu dapat. Belajar dan dididik itu keras lurd! Apalagi belajarnya untuk seumur hidup.
Comments
Post a Comment