Lewat Tanggal Cantik
Ya harusnya bikin postingan tanggal cantik kemarin yaa 22-2-22
Tapi lebih baik lagi sebenernya ya, nulis tiap hari kalo bisa. Toh nulis juga sebenernya hal yang baik, selama tulisan ini tidak merugikan siapapun, hopefully.
Mungkin satu satunya yang dirugikan adalah, air mataku. Dia urung menetes karna sudah tertuang di tulisan tulisan ini. Salah satu media terbaik untuk menuangkan sesuatu, perasaan, pikiran, selain Allah. Ya itu tulisan, di blog usang tak terawat ini. Sejujurnya ada banyak sekali hal yang ingin ku tulis, tiap harinya. Entah berapa ribu kata kalo dirangkum percakapan antara diriku dan diriku (?) atau elemen lain dalam diriku, yang sebenernya ingin sekali ku tulis. Tapi dia cepat sekali hilang beberapa detik setelah diucapkan di alam bawah sadar.
Manusia menghadapi belibet nya masing masing. Masalah yang dibesar besarkan, kesedihan yang sebetulnya tidak seberapa, dan hal hal yang kurang disyukuri. Baru baru ini aku mendapat insight baru tentang diriku sendiri, dari keluargaku. Kurang lebih adalah anak yang "abnormal" secara emosional. ESQ rendah. Ya tidak seperti anak pada umumnya, tidak seperti anak yang diharapkan.
Terhitung sejak awal tahun ini sampai tulisan ini dibuat kurang lebih 55 hari aku sudah menangis entah itu sendiri atau dihadapan orang banyak sekitar 10x lebih, ya entah itu jumlah yang normal atau tidak. Aku merasa ada yang aneh pada pemikiranku, dan diriku sendiri.
Dulu saat kecil aku adalah anak idaman. Anak yang hampir selalu dibanggakan, kalau kata mereka hampir tidak ada celah. Kemudian aku merantau jauh selama 4 tahun lebih dan entah perubahan apa saja yang terjadi padaku, gak paham juga. Semuanya mengalir, tidak terasa ada perubahan. Mungkin perubahan dari cara pandang, prinsip hidup, emosional, ya bahkan fisik. Aku tetap bisa selalu mengirimkan kabar baik ke rumah saat kuliah.
Tapi semua berubah dalam beberapa waktu terakhir. Aku pulang karna covid, dan mungkin baru terasa shock therapy nya. Perubahan itu baru terasa.
Mungkin keluargaku dalam memandangku sekarang tidak lebih dari sebagai anak didik yang menyebalkan, bahkan mungkin saja mereka berniat menarik kata kata mereka dulu yang membanggakan aku. Apa mungkin itu hukuman dari Allah untuk agar tidak terlalu meng-WAH kan manusia? Wallahu'alam
Dari sisi aku. Ada beberapa hal yang bisa ku nilai untuk diriku sendiri sekarang. Entah itu salah atau bener.
1. Pertama, aku sendiri menilai sekarang lebih berani speak up, dan ternyata itu adalah hal yang tidak sepenuhnya diterima oleh lingkunganku. Menjadi aku yang pendiam seperti dulu, ada apa apa dipendam sendiri, sehingga nobody knows my problem adalah hal yang baik, menurut lingkunganku. Saat aku speak up apa apa yang menjadi keluh kesah selama ini, justru akan menimbulkan perselisihan yang tidak menguntungkan semua pihak. Memang betul, bahwa ajaran leluhur untuk "mengalah" kadang efeknya kontradiktif dengan tujuan dari speak up yang terkesan memberontak.
Ya, kamu tidak salah. Hanya salah tempat. Speak up lah nanti saat kamu berada di tempat yang open minded. Sekarang, simpan saja dulu ya.
2. Kedua, aku menilai sekarang aku lebih extrovert, rame, usil dan sepertinya keluar semua apa yang ada di dalam diriku. Entah kenapa itu semua bisa terpendam sangat lama, atau jangan jangan ini malah ilusi. Sebagai pelampiasan atas emosional yang terpendam. Entahlah. Yang jelas, rame, usil, guyon ku itu tidak diterima disini. Terutama oleh adik adikku. Aku cenderung dibenci karna usil dan umeg nya tangan dan perilaku yg katanya childish itu. Yaaa emang selalu ada pilihan, kebahagiaanku atau kebahagiaan mereka yg menyukai kedamaian senyap tanpa guyonan, yang harus dikorbankan. Itulah kenapa aku sangat menyayangi kucing. Karna mereka tak pernah membenciku saat mereka diumeg umeg kaya gimana pun.
Sekali lagi, aku hanya salah tempat.
Pertanyaannya, apakah akan ketemu tempat itu?
Apakah akan kudapatkan orang orang yang benar benar satu frekuensi denganku, menyukaiku dan menerima manusia abnormal sepertiku?
Atau baru bisa ku temui di surga yang berarti aku harus memendam apapun demi menjadi baik di mata manusia dan Allah?
Wallahu'alam
Yang jelas sekarang aku sangat sedih menerima kenyataan bahwa kehidupan, lingkunganku sulit menerima keberadaanku yang sekarang. Aku harus bertarung dengan diri sendiri.
Cheers! Siapapun yang membaca, doakan yang terbaik untukku yaa :)
Comments
Post a Comment