trapped (1)
It's been two years 3 mo here since my life totally changed. I came back to home, but also the arena.
Rumah yang sama dengan yg ku tinggal beberapa tahun lalu untuk mencari jati diri. Hanya bedanya, sekarang harus juga menghidupinya. Disini aku merasa menemukan banyak hal baru tapi juga sekaligus kehilangan banyak hal dalam satu waktu. Satu satunya yang sangat ku syukuri disini adalah, melihat orang tua ku lebih lama dan mereka, ada. Melihat tumbuh kembang adik adikku yang sebenernya juga tidak terlalu baik baik saja. Aku seperti diingatkan dengan masa kecilku, tapi mengingat untuk tabah.
Untuk yang hilang apa saja?
Ya mungkin enggak tau sih hal hal itu hilang karna pulang ini, itu pendatang yg seharusnya pergi dengan pulangnya aku, atau memang hal hal yang sudah lama menetap tapi hilang juga.
Semangat dan optimistisme.
Aku kadang bingung, dan menerka nerka. Bagaimana itu bisa hilang...
Selama dua tahun lebih aku bisa dikatakan seperti kagak dalam tempurung, gak bisa kemana mana. Kau tau, aku berencana ke Jakarta sendiri aja ini udah molor berapa bulan? Kalau bukan karna fasilitasi mungkin aku tidak akan pernah keluar Jawa lagi selama 2 th ini.
Berkali kali ku bilang pada diri sendiri, mengingatkan akan hikmah dan kebaikan Allah yg diberikan kepadaku. Keluarga. Yang baik, tapi juga membelenggu. Oh kedengarannya gak enak ya? Emang bukan mereka yg membelenggu, lebih tepatnya kombinasi, antara mereka dan takdir Nya yang mewujudkan. Aku cuma bisa menerka nerka apa sih rencana selanjutnya?
Bisa dikatakan ini periode pendewasaan, ya sejak kepulanganku itu. Aku yg selama merantau hidup sendiri, berteman dengan masalah dan menyelesaikan sendiri, kini harus belajar lagi menyelesaikan masalah dengan bantuan. Lucu ya, next levelnya malah "dengan bantuan". Habis sendiri, dengan bantuan. Karna disitulah ujiannya, kamu akan menjadi seperti apa dengan setiran, arahan, bimbingan yang kadang tidak sesuai dengan prinsip dan jalan pikiranmu, sedangkan yang membantu itu adalah orang orang yang membantuku sejak masa belum bisa berdiri di atas kaki sendiri.
Waktu kuliah, aku baru merasakan "kejamnya kehidupan". Tapi disini, kejamnya kehidupan itu sudah naik level, karna yang membuat kata "kejam" itu bisa berasal dari sendiri yang dikompilasikan dengan keadaan dan peluang. Ya itu mungkin yg membuat Allah memulangkan aku. Dan mungkin menjadikan aku satu satunya di angkatan yang jalan hidupnya unik seperti ini. Kayaknya kehidupanku memang disetting unik seperti ini. Alhamdulillah.
Comments
Post a Comment