Ambis
Biasanya aku menulis dalam kondisi penat, tidak enak hati, kadang sambil menangis. Dimana semua isi hati perlu untuk dikeluarkan, lewat tulisan.
Kali ini, ku coba bercerita dari sisi yang lain. Ya saat aku bisa mengevaluasi secara komprehensif, apa yang ada.
Aku ambis. Mungkin ini adalah karakter yang ditanamkan oleh Allah padaku, untuk suatu misi tertentu. Entah apa itu.
Seperti hidup rasanya disateru, untuk mewujudkan suatu impian besar dan banyak dari hal hal yang sepertinya harus ku selesaikan.
Life is never fair all the time. Itulah dunia.
Aku kadang menelaah, kenapa sampai sejauh ini aku selalu merasa tidak berharga, selain apa apa yang berhasil ku karyakan.
Aku pusing dengan ambisiku sendiri, lupa dengan diri. Lupa merawat diri. Lupa mencintai diri. Dan tak ada yang mencintai, kecuali yg sudah seharusnya. Jujur aku sedih membandingkan diriku dengan orang lain. Pencapaian tidak sebaik mereka, life pun tak sebaik mereka. Orang orang cantik, mengagumkan, pintar, cheerful dan bisa bebas ngobrol dan menebarkan pesona kemanapun mereka pergi.
Aku? Seperti ada kekangan tersendiri. Yang kadang membuatku pesimis. Adakah orang yang menginginkan aku?
To be honest aku pun juga ingin seperti kebanyakan orang, merasakan hangatnya hati dengn kondisi dimana kamu bisa menangis haru sejadi jadinya.
I guess, suatu saat nanti saya bertemu pasangan saya yang sebetulnya, pasangan yg telah dituliskan oleh Allah, saya akan menangis sejadi jadinya.
Comments
Post a Comment